Surat Ibnu Al-Arabi Kepada Al-Razi
Semoga Allah Swt.
Memberikan taufik kepada kita, khususnya kepada anda. Ketahuilah wahi saudarku!
Bagi kami, seseorang belum bisa dikatakan sempurna peringkat keilmuannya,
sebelum ilmunya itu datang langsung dari Allah Swt. Tanpa ada perantara, baik
itu dari menukil maupun dari seorang guru. Karena seseorang yang ilmunya
diperoleh dari menukil atau dari seorang guru, sesungguhnya ia hanya memperoleh
ilmunya dari segala hal yang baru. tentu ini merupakan suatu yang cacat bagi
kami.
Seseorang yang
menghabiskan umurnya untuk mengetaui segala hal yang baru dan segal tetek-bengeknya,
maka ia akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh bagian dari Tuhannya.
Karena ilmu-ilmu yang berkaitan dengan segala hal yang baru hanya akan menghabiskan
umur seseorng untuk mengetahui hal-hal itu saja dan ia tidak akan mampu
mencapai hakikat yang sesungguhnya.
wahahi
saudaraku! Andai saja anda mau menempuh jalan tasawuf dibawah bimbingan seorang
guru sufi niscaya guru anda itu akan menghantarkan anda sampai pada tingkat penyaksian kebenaran yang
hakiki. Yaitu Allah. Anda akan bisa langsung mengambil pengetahuan tentang
segal sesuatu darinya melalui jalan
ilham, dengan tanpa lelah, capek, dan jaga. Seperti hanya apa yang diperoleh Al-Khidhir.
Kerena, bagi
kami, tidaklah dikatakan seuatu pengetahuan, Apabila sesuatu pengehuan itu
diperoleh hanya melalui peroses penalaran, pemikiran, hipotesa, dan aksoma.
Pengetahuan adalah sesuatu yang diperoleh melaui Kasyf (pembukaan tirai yang
memisahkan antara hamba dan penciptnya) dan Syuhud (penyaksian terhadap hakikat
kebenaran).
Suatau waktu,
seorang guru agung, Abu Yazid Al-Busthami, mengatakan kepada para ulama yang
semasa dengannya, “anda semua mempeoleh pengetahuan dari para ulama dengan
berpegang pada apa yang berada dalam teks buku. Mereka akan mati dan memperoleh
pengetahuan dari manusia-manusia yang telah mati. Sedangkan kami memperoleh
pengetahuan dari Zat yang hidup dan tidak akan mati.”
Wahai saudaraku!
Sudah sepantasnyalah kiranya anda tidak mencari lagi pengetahuan kecuali
pengetahuan yang bisa menyempurnakan diri anda disamping pengetahuan itu
sendiri akan bisa mengikuti anda dimana pun anda berada. Pengetahuan seperti
ini hanya bisa kita dapat dari pengetahuan tentang Allah Swt. (al-‘ilm billah
). Dengan metode Wahb ( penganugerahan ) dan Musyahadah (penyaksian).
Pengetahuan anda
tentang kedokteran, misalnya, akan hanya dibutuhkan ketika anda bereda di dunia
penyakit. Ketika anda berallih kedunia lain yang tidak ada kaitannya dengan penyakit,
maka tidak akan ada lagi yang membutuhkan terapi dengan bantuan ilmu kedokteran
anda itu.
Wahai saudaraku!
Tentu anda sudah tahu bahwa tidak sepantanya bagi seorang yang berakal
meperoleh sauatu pengetahuan, kecuali pengetahuan yang bisa dibawanya ke alam
barzaskh dan bukan pengetahuan yang akan ditinggalkannya ketika ia akan
berpindah ke alam akhirat. Dan, pengetahuan seperti ini hanya akan bisa didapat
hanya dari dua sumber. Pertama, penegetahuan tentang Allah Swt. (al-‘ilm billah
); dan kedua, pengetahuan tentang lokasi-lokasi yang ada di akhirat (al-ilm bi
mawathin al-akhirat). Dengan dua pengetahuan ini, seseorang tidak akan lagi
mengingkari adanya penampakan-penampakan (tajalliyat) yang terjadi kelak di akhirat.
Sehingga ketika Allah Swt. Menampakkan diri di hadapanya nanti ia tidak lagi
mengatakan, “kami berlingung kepada Allah Swt. Darimu,” sebagaimana hal ini
pernah dijelaskan dalam sebuah riwayat.
Wahai saudaraku!
Sebaiknya anda dapat membuka tirai dua pengetahuan ini selama anda masih berada
di dunia, agar anda dapat menuai buahnya kelak di akhirat nanti. Anda
sepantasnya tidak lagi mencari pengetahuan-pengetahuan yang tidak anda perlukan
dalam proses perjalan anda menuju Allah Swt. Dengan bantuan term dan cara yang
dipergunakan dalam dunia komunitas sufi. Cara membuka tirai dua pengehuan ini
tidak ada yang lain kecuali dengan cara melakukan Riyadhah ( pelatihan diri), Khalwah
(pengasingan diri), musyahadah ) penyaksian diri), Al-jadzb al-ilahi (ketertarikan
ketuhanan)
Wahai saudaraku!
Sesungguhnya saya ingin menjelaskan pada anda tentang apa itu Khalwah,
bagaimana persyaratan-persyaratannya, dan hal-hal yang akan nampak pada anda
ketika berkahlwah, secara berurutan dan setahap demi setahap. Namun sayang
sekali itu tidak mungkin saya lakukan, karena waktunya kurang tepat. Yang saya
masudkan dengan “waktunya kurang tepat” adalah
“adanya beberapa orang yang kurang mendalami rahasia-rahasia syariat dan
hanya gemar berdebat. Bahkan anehnya, mereka mengetahui, bahwa mereka ini telah
diracuni sikap fanatisme, gemar populer, cinta kekuasaan, dan mencari makan
dengan dalih agama. Sehingga mereka menolak untuk mengapresiasi apa yang
disampaikan komunitasa sufi, apalagi memberikan penghormatan pada mereka.”
Date : 18/12/2011
Dikutif Langsung
Dari Buku Beranda Sang Sufi hal.
283-286 di terbitkan oleh: Penerbit Al-hikmah Cetakan 1 Maret/Al-Muharram 1924
No comments:
Post a Comment