IDENTITAS
BUKU
Judul Buku : DZIKIR
TASAWWUF
Nama Pengarang : M. zain Abdullah
Editor :
munif A.M.
Nama Penerbit : Qoula
Tempat/Tahun Terbit : jl.
Pajajaran TimurIV/7 sumber surakarta, 2007
Jumlah Halaman :234 halaman
PENDAHULUAN
Segala puji bagi Allah tuhan semesta Alam yang memiliki kuasa
atas segala sesuatu, yang dengan rahmat-Nya nampak jelas semua kebenaran dan
kebatilan. Ya Allah engkaulah tujuanku, dan keridhaan Engkaulah yang kami cari,
berikan kami petunjuk kejalan-Mu yang lurus, dan menyusun tugas resensi ini
juga merupakan belas kasih dan kuasa-Mu. Sholawat dan salam kepada junjungan alam Rasulullah SAW. pembuka
segala yang terkunci, penutup perkara terdahulu, pejuang kebenaran dengan
kebenaran. Kami memohon syafaatnya kelak
dihari kiamat.
Resensi buku yang berjudul Dzikir Tasawwuf ini saya harapkan
memberikan kontribusi besar baik dibidang akedemik maupun non akademik, ini kali pertama saya mendapat tugas berharga
yang saya aggap sangat menantang sekali, walau demikian saya akan mencoba
mempersembahkan yang terbaik.
dalam buku Dzikir Tasawwuf tersebut, suatu permasalahan di
jelaskan secara singkat dan padat, serta sedikit pembahasan penjelas, seperti
sebuah rangkuman dari berbagai buku.
Yang di jelaskan diantaranya menukilkan tentang pendapat para ulama tasawuf yang
berkisar tentang arti tasawwuf, definisinya dan keutamaan dzikir Allah.
Sehingga memudahkan saya dalam memahami atau merefrensinya kembali.
Dalam Buku Dzikir tasawwuf itu juga banyak menceritakan kisah
para tokoh tasawwuf sebagai objek pembahasan, sehingga memudahkan penulis dapat
mengenal secara jelas karakter keperibadian ulama yang mencari jalan menuju
Tuhannya dan ini sangat berbeda dengan buku lain. Disamping itu juga, pengarang
buku tersebut merangsang penulis untuk memperluas pengetahuan karena seperti yang dipaparkan tadi,
pengarang memberikan gambarang yang ringkas dan sederhana.
Singkatnya, Semoga tugas refrensi Dzikir Tasawwuf ini
bermanfaat untuk penulis dan pembaca, sehingga tugas ini menjadi amal sholeh
sekaligus amal jariah yang penulis terima di akhirat. Harapan penulis juga semoga
ini dapat menjadi sebuah bentuk karya yang menjadikan mazra’atu
‘l-Ãkhirah[1] penulis.
Ringkasan Buku
A.
Pengertian tasawwuf
Tasawwuf diambil dari kata shofw yang berarti bersih, shafa
berarti jernih, suffah merupakan sebuah kamar disamping masjid Rasulullah
menurut sekh ahamad bin Muhammad zain bin Mustafa al-fatani dalam bukunya
hadiqatul azhar bahwa arti tasawwuf ialah mamakai shuf artinya bulu. Mereka
tidak mau menyerupai kebanyakan orang yang selalu bermegah-megahan daengan
pakaian yang serba indah. Mereka merasa cukup berpakaian yang terbuat dari shuf
(bulu) itu sekedar menutup auratnya. ada yang berpendapat bahwa “berpegang
dengan kefakiran, , ifqar (merendahkan diri) apa yang menghalangi dan ikhtiar.” Dengan kata lain “ “berpegang teguh dengan kefakiran, membuktikan kesanggupan berkurban
dan meniadakan diri, meninggalkan banyak kepentingna dan banyak pilihan.”
Hadirnya tasawwuf Dikarenakan banyaknya kesenangan hidup yang dihawatirkan akan
membawa keburukan diri, dan memangakibatkan kesesatan, untuk itu, tasawwuf hadir dengan tujuan mengarahkan hati kejalan yang diridhai oleh Allah
dengan cara meninggalkan urusan dunia dan memfokuskan diri menyembah Allah
dalam arti mereka “bertawassul”
B.
Tujuan bertasawwuf
Tujuan dalam bertasawwuf
hanya Untuk mendapatkan
ma’rifatullah (mengenal Allah) dengan faidah yang sesungguhnya hingga
tersingkap hijab yang membatasi diri dengan Allah. Mereka berpendapat,
permulaan tasawwuf adalah ilmu pengetahuan, pertengahannya kekal mengerjakan
amal ibadah dan akhirnya mauhibiyah, atau pemberian Allah.
Sehingga dengan faidah tasawwuf itu bisa memberikan anugrah dari Allah dengan
tujuan diantaranya :
ü Ilmu bathin
ü Ilmu qalbi (ilmu hati)
ü Limu laduni (ilmu pada sisi Allah)
ü Ilmu mukasyafah (ilmu penyingkapan)
ü Ilmu asrar (ilmu segala rahasia).
ü Ilmu maknun (ilmu yang disembunyikan)
ü Ilmu haqiqat.;
Dalam bertasawwuf ada 4 pokok yang harus di jalankan dengan
cara bertahap sehingga bisa mencapai tingkat yang sebenarnya, pokok-pokok itu
diantaranya :
1.
Syari’at menyuruh atau
memerintahkan hamba Allah melakukan amal ibaa secara tetap denga syart-syarat
yang bisa menurut ajara agama Islam.
2.
Thariqat adalah melalui
jalan syari’at yaiut menjalankan segal amal ayari’ah yang mempunyai beberapa
batas, misalnya seperti keadaan sembahyang, adaya yang dua raka’lat, tiga
raka’at dan empat raka’at bahkan ada yang lebihdan syari’at itu juga mempunyai
bebrapa ketentuan, misalnya menentukan apakah keadaannya fardhu (wajib) atau
sunnat, ditentukan waktunya atau tidak.
3.
Haqiqat ialah memandang
ketuhanan dengan mata hati (bashirah), sehingga kadang-kadang nampak menyimpang
atau meninggalkan jalan Allah (telihat pada lahir saja) ini adalah rhasia yang
didasarkan kepada makna yang tiada batas (had) dan tidada arah (jihat)
bagi-Nya.
4.
Ma’rifat ialah mengenal
Allah (ma’rifatullah). Yang merupakan “tujuan pokok” dalam Ilmu tasawwuf, yakni
mengenal Allah yang sebenarnya, Yaitu Allah yang ia sendiri berfirman “aku ini
adalah Allah, tidak ada tuhan selain aku”
Keempat inti pokok pembahasan Islam tersebut tidak bisa
dipisahkan satu sama lain, ibarata tali pintal, jika rusak satu tali maka akan
rusak pintalannya itu
Maksud dari emapat pokok tersebut ialah agar mendirikan
kehambaan yang dituntut dari pada setiap
hamba-Nya, yaitu menyembah Allah sesuai dengan firman Allah dan Wama kholaktuljinna walinsa illaa
liyakbuduun
“dan aku tidak aku
ciptan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”[2]
Bahkan imam Al-Gozali dalam kitabnya “ihya ulumuddin”
mewajibkan setiap orang islam agar mengetahui jika ingin mendapatkan tingkat
keimanan yang tinggi, ilmu batin adalah setinggi tinggi ilmu pengetahuan. Dan
ilmu batin itulah yang menjadi pakaian para siddiqin dan muqarrobin, merupakan
cahaya yang menerangi hati ketika hati dalam keadaan suci, merupakan cahaya
yang menerangi hati ketika hati dalam keadaan suci dan bersih, sehingga
tercipta makrifat yang haqiqi dengan Nya.
Demikianlah keadaan tasawwuf, ia leih banyak tergantung kepada
zauq (perasaan) dan wajdan (pendapat). Lain hanya dengan kedudukan ilmu lahir,
laksana buah pada pohon. Tetapi pohon tidak akan bermanfaat kalau tidak
menghasilkan buah.
C.
Bisakah Manusia Bersatu Dengan Tuhan.?
Mendengar hal ini timbullah keraguan dalam hati yang
menggoyahkan pendirian, dalam tata konsep ini tidak akan bisa dijelaskan dengan
gambelang, hanya saja sebuah pandangan umum
karena hal ini berkaitan dengan perasaan, contohnya al-farabi tidak
memiliki pendirian tentang ittihad[3],
dan menolak faham hulul tapi lain dengan shufi abdul karim al-jilli dalam
menemukan Tuhan menolah ittihad dan hulul[4],
Jadi sangat berbeda dengan abu yazid al-bustami dan ibnu farabi yang memakai
cara ittihad atau wahdatul wujud[5]
sedang al-hallaj yang memakai cara hulul ( Tuhan bisa bersatu dengan Makhluk)
tetapi berbeda pula dengan pedirian al-ghazali yang mengatakan bahwa wujud
Tuhan meliputi akan segala wujud. Tidak ada yang wujud, melainkan Allah dan
perbuatan Allah. Allah dan perbuatan-Nya adalah dua, bukan satu.
Konsep-konsep diatas hanyalah sebuah perasa didalam hati
seorang kekasih Allah, karena kenikmatan dengan Zat yang dicintainya dapat
menyingkap hijab dan meretas pembatas sehingga hilanglah kesadaran dalam diri,
yang hanya tinggalah dirinya dengan yang dicintainya. Dalam ilmu tasawwuf,
dalam menyingkab hijab tersebut diperlukan tiga tingkatan yaitu : takholli[6],
tahalli[7],
tajalli[8],
D.
Dzikir
Asal dzikir adalah ash- safa yang berarti bersih dan hening.
Menurut bahasa artinya ingat atau sebut. Didalam al-quran terdapat banyak
perintah untuk mengingat Allah seperti surat al-jumu’ah : 10 yang berbunyi “Dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya
kamu mendapat kemenangan”.bebarapa pembagian dzikir antaranya
a.
Dzikir lisan ( nafi
itsbar)
b.
Dzikir hati ( qalbu )
c.
Dzikir rahasia ( sir )
Dalam melaksanakannya tidak ada larangan untuk mengerjakan
salah satu atau semua dzikir tersebu karena “karena Allah tidak membebani
seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya ( QS. Al-Baqarah : 286 )
Indentifikasi buku
a.
Materi
M.zainuddin dalam buku tasawwuf
karangannya, yakni Dzikir Tasawwuf menjadikan para pembaca dapat lebih cepat
mengerti, kerena selain dari tema yang di bahas sangat urgen, pengarang juga
soalah-olah memberikan pengantar kepada pembaca, tentang indah dan pentingnya
bertasawwuf yang benar hingga mencapai tingkat ma’rifatullah (kedekatan dengan
Allah)
Materi yang disampaikan sangat beruntun, dan tema yang satu
ke tema yang lain, sangat berkaitan erat yang dimulai dengan pengenalan
tasawwuf, pengertian dan pokok tasawwuf yang urgen sekalipun disampaikan dengan
begitu akurat dan sangan simple, saya rasa tidak salah jika dalam buku itu saya
katakan bagus dan peting bagi pemula.
b.
Metode
M.zain abdullah dalam menjelaskan
isi pokok buku, sangat ringkas sekali, tidak memiliki bahasa uraian yang
memerlukan penjelas sehingga mudah dimaknai dan mudah di mengerti bagi siapa
saja yang ingin mempelajari ilmu tasawwuf, dalam buku lain biasanya akan
menyetirkan materi yang sangat luas, tanpa mempertimbangkan reaksi pembaca,
biasanya bagi para pemula seperti saya akan lebih mudah memahami kalimat
efektif dan ringkas, karena dalam peraktiknya, ketika pembahasan disajikan
terlalu luas, menimbulkan reaksi kebosanan dan kemalasan, seperti kata-kata
istilah arab atau pengertian penjelas yang sangat panjang. Namun begitu,
peresensi menilai, buku yang disajikan sangat simpel. ini merupakan buku yang
bagus dan salah satu rujukan untuk memulai mengenal tasawwuf beserta
tokoh-tokoh tasawuf.
Akan tetapi, M. zain Abdullah dalam menyajikan materi tidak
memperhatikan bagian penting dari sebuah karya tulis seperti, foot note yang
tidak dicantumkan dalam semua lembaran, dan beberapa penjelasan yang tidak
memiliki kata sambungan, dalam arti pengarang langsung merangsang ide pokok ke
lain pembahasan tanpa mempertimbangkan keterkaitan meteri yang satu dengan yang
lainnya. Juga sebagian penjelas atau pendapat para ulama sering di ulang
sebagai contoh ke konteks pembahasan lain, sehingga terkadang menimbulkan
wacana bahwa isi buku tersebut memiliki refrensi yang sedikit. Dalam hal ini,
akan mengakibatkan ketidak fokusan pembaca dalam memahami tema, sekaligus
maksud pengarang. Dalam dalam segi metode baik penyusunan dari pendahuluan, isi
sampai penutup sangat runtun/atau tema pembahasan menunjukkan kerasionalan
dalam arti tidak janggal.
c.
Moment diterbitkan buku
Tidak ada alasan yang dapat menggugah
tentang bagaimana ketepatan penerbitan sebuah buku, saya merasa, kerena bertasawwuf
adalah sifat yang sangat perlu dimiliki oleh Hamba Allah untuk mendekatkan diri
kepada-Nya, tidak akan terikat pada suatu ketepatan waktu, juga bisa dikatakan
bertasawwuf adalah sifat pokok yang harus dimiliki oleh seorang hamba, dalam
arti ilmu tesawwuf dan berperan kapan pun dan keadaan bagaimana pun. dalam hal
ini, sangat sulit sekali jika kita bermaksud untuk menggugat waktu terbit buku
tasawwuf, tetapi beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam penerbitan adalah
tema-tema apa saja yang menarik pada zaman modern ini. Jika hal itu disajikan
tentu pembaca akan langsung memahami betul dan merasakan tema-tema itu langsung
bekerja bagi orang yang membacanya, jadi tidak harus menjelaskan tata cara
tasawwufnya ulama pada masa terdahulu, dan juga tidak harus mendokterin bahwa,
“inilah cara tasawwuf sebenarnya”. Penulis rasa, dalam ketepatan diterbitkan
buku hanya bertumpu pada tema-tema yang sesuai konteks zamannya saja.
d.
Segmentasi pembaca (
sasaran pembaca )
Buku tasawwuf ini mengarahkan kepada pengenalan ilmu tasawwuf
dan keterkaitannya dengan ilmu yang lain, serta mamfaat mempelajarinya.
Penjelesan tema-tema yang sangat berurutan di dalam buku tersebut akan
mengarahkan pembaca untuk mengenal lebih jauh hingga pembaca benar-benar sadar
akan pentingnya belajar ilmu tasawwuf. Selain itu sistem aturan pertema lebih
mengerucut, dimana dari awal pembahasan hingga akhir terus kedalam inti
pembahasan, dengan demikian pembaca akan lembih memahami dan tidak cepat bosan,
terutama kepada pembahasan inti dari buku Dzikir Tasawwuf tersebut. Dengan
jelas penulis menuntun dari pembahasan umum dan khusus.
Sasaran pembaca mengenai ma’rifatullah
yang dimana dalam buku tersebut secara jelas menguraikannya mulai dari syariat,
tariqat, haqiqat, dan ma’rifat sehingga pembaca akan lebih mengenal secara
mendalam inti pembahasan buku yang di tulis pengarang.
e.
Teknik penulisan
Buku karya M.zain abdullah tidak memiliki kalimat metafora
dan bahasa uraian yang terkadang sulit dimengerti oleh pembaca. Dengan
demikian, tidak salah jika buku tersebut dikatakan efisien dalam penyajian
maupun maknanya. Pembahasan yang tidak ngambang, yang mengakibatkan pembaca
akan terus fokus dan akhirnya mencapai kesimpulan materi.
f.
Lay out
Buku dzikir tasawwuf karya M. Zain Abdullah berukuran sedang
yakni :12,5 x 20 cm. dengan jumlah halaman 234 halaman. Buku tersebut sangat
efesien Sehingga tidak sulit untuk dibawa kemana-mana. Ukuran tersebut akan
menarik perhatian peminat tasawwuf karena kelihatan simple dalam arti uraian
yang disampaikan tentunya efektif dalam penulisan tata bahasa.
Jika di lihat dari setting lay out-nya maka aturannya seperti
ini :
a.
Margins
Top : 0,47 cm
Left : 0,39 cm
Right : 0,71cm
Bottom : 0,53 cm
b.
Paper
Width : 12,5 cm
Height : 20 cm
Kritik Presensi
Dzikir tasawwuf karya M.zain abdullah tersebut mulai dari
tema-tema yang sangat berurutan akan memudahkan pembaca, namun demikian,
beberapa hal yang perlu diperhatikan bagi penulis terutama, foot note yang sama
sekali tidak salipkan, hanya saja dengan alasan agar pembaca tidak keliru untuk
meneliti atau tidak sulit dalam memahami tema yang disampaikan penulis, tapi
akankah lebih baik jika dalam penulisan karya tulis di berikan foot note,
karena agar memungkinkan pembaca yang ingin mendalami suatu pembahasan bisa
merujuk pada buku kajian penulis. Dalam hal ini adalah perlu untuk
diperhatikan. Karena disetiap pembahasan bisa saja akan menimbulan kontra persi
dalam pemaknaan yang berbeda misalnya, atau malah isi yang berbeda. Tentu hal
ini tidak diinginkan oleh pembaca. Setidaknya foot note akan mengurangi
keraguan sumber pembahasan.
Dalam metode penulisan terutama, memang sangat baik sekali
akan tetapi sebaiknya dalam menberikan contoh penulisan berupa tokoh-tokoh
tasawwuf diberikan jarak dan kesinambungannya memperhatikan kefokusan pembaca.
Dalam hal ini buku tersebut terkesan seperti kurang materi kajian dan
pengalaman penulis yang terkesan memaksakan penjelasnya. Karena yang di sajikan
berupa kata efektif, bagi pembaca yang mungkin bergelut dalam sastra tentunya
memerlukan penghibur kalimat indah yang bisa di tuliskan melalaui syair-syair
tokoh tasawwuf tersebut, misalnya seperti imam syafi’I yang kebetulan seorang
ulama dan penyair kerohanian yang sering menyetirkan bait syair seumpama
kalimat metafora yang berkaitan dengan tema penbahasan, ulama lain misalnya
seperti al-gazali, siyidi ahmad arrifa’I, sikh abdul kadir jailani dan
ulama-ulama lainnya. Kritik lain mengenai pembahasan tema, Penulis terkadang
dalam menyajikan suatu tema di paparkan dengan sangat panjang, meskipun
terkesan ringkas. Dalam arti sumber yang diberikan penulis mengalami pengalihan
sumber yang terkadang terkesan tidak padu antara penjelas dengan yang di
jelaskan, nah hal inilah yang perlu diperhatikan penulis dalam buku
selanjutnya.
Daftar Pustaka
Al-quran
M. zainuddin abdullah; editot : munif A.M. Dzikir tasawwuf. solo. Qoula, 2007
No comments:
Post a Comment