PENGERTIAN
WAHYU DAN PROSES PEWAHYUAN
Makalah Ini Disusun
Guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah: Ilmu Al-Qur’an
Dosen Pengampu: Marwini, SHI, MA, MSi.

MAKALAH
Disusun
Oleh:
1. FITRIYAH ROHMATIKA 11380053
2. DERA RESWARA SANTIAJI
11380055
3. EMI HATATIK
11380051
JURUSAN MUAMALAT
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2011/2012
PENDAHULUAN
Perkembangan
ilmiah telah maju dengan pesat, dan cahayanya pun telah menyapu segala keraguan
yang selamanya ini merayap dalam diri manusia mengenai roh yang ada di balik
meteri. Ilmu materialistis yang meletakkan sebagian besar dari yang ada dibawah percobaan dan eksperimen percaya
terhadap dunia ghaib yang berada dibalik dunia nyata ini, dan percaya pula
bahwa alam gaib itu lebih rumit dan lebih dalam dari pada alam nyata, dan bahwa
sebagian besar penemuan modern yang membimbing pemikiran manusian
menyembunyikan rahasia yang samar yang hakikatnya tidak bisa dipahami oleh ilmu
itu sendiri.
Wahyu
adalah syarat yang cepat,merupakan kata masdar yang memiliki dua
pengertian,tersembunyi dan cepat.Wahyu merupakan pemberian secara tersembunyi
dan cepat,khusus ditujukan kepada orang yang diberi tahu tanpa diketahui orang
lain.
Dari
kata-kata diatas dapat di simpulkan pengertian wahyu adalah hubungan gaib
bersifat tersembunyi antara Allah dengan orang-orang yang telah di sucikan-Nya
(Rasul & Nabi) dengan tujuan menurunkan kitab-kitab suci Samawi dengan
perantara malaikat yang membawa wahyu (Jibril)[1].
PEMBAHASAN
PENGERTIAN DARI WAHYU
Wahyu
mempunyai dua arti al ikhaau memberi
wahyu dan almuukhaabihii yang
diwahyukan. Wahyu adalah syarat yang cepat,merupakan kata masdar yang memiliki
dua pengertian,tersembunyi dan cepat.Wahyu merupakan pemberian secara
tersembunyi dan cepat,khusus ditujukan kepada orang yang diberi tahu tanpa
diketahui orang lain.
Wahyu
dapat diartikan “sebagai wasilah (cara) untuk menyampaikan sesuatu secara
tersembunyi dalam waktu dekat”, akan tetapi pengertian wahu bukanlah terbatas
hanya pada yang demikian saja. Wahyu menurut pengertian yang dikehendaki dalam
hubungan dengan firman Allah ang diturunkan kepada Nabi dan Rasul adalah
sebagai berikut Wahyu adalah hubungan gaib bersifat tersembunyi antara Allah
dengan orang-orang yang telah di sucikan-Nya (Rasul & Nabi) dengan tujuan
menurunkan kitab-kitab suci Samawi dengan perantara malaikat yang membawa wahyu
(Jibril)[2].
Imam
Muhammad Abduh dalam bukunya yang terkenal “Risalatut Tauhid”
mendefinisikan : wahyu itu suatu pengetahuan (irfan) yang didapat oleh
seseorang dan memeperoleh rahasianya, karena wahyu itu dapatlah dikatakan suatu
keadaan yang tidak diketahui hakekatnya, melainkan oleh Nabi yang mendapat
wahyu itu sendiri[3].
Kalam
Allah yang diberikan kepada seorang nabi,al muha (yang diwahyukan).Pemberian
Tuhan kepada nabi-Nya tentang hukum-hukum Tuhan,berita-berita dan cerita-cerita
dengan cara yang samar,tetapi meyakinkan kedapa nabi dan rosul yang
bersangkutan bahwa yang diterimanya benar-benar dari Allah.
Menurut
Q.S.al-Syura(51)wahyu ada tiga:
v Pemberian
Tuhan dengan cara ilham tanpa perantara.Termasuk mimpi yang tepat dan benar. Misalnya
Nabi Ibrahim diperintahkan untuk menyembelih putranya(Nabi Ismail).Ini terdapat
dalam (Q.S as-Shaffat:102)
$¬Hs>sù
x÷n=t/
çmyètB
zÓ÷ë¡¡9$#
tA$s%
¢Óo_ç6»t
þÎoTÎ)
3ur&
Îû
ÏQ$uZyJø9$#
þÎoTr&
y7çtr2ør&
öÝàR$$sù
#s$tB
2ts?
4 tA$s%
ÏMt/r'¯»t
ö@yèøù$#
$tB
ãtB÷sè?
( þÎTßÉftFy
bÎ)
uä!$x©
ª!$#
z`ÏB
tûïÎÉ9»¢Á9$#
ÇÊÉËÈ
Artinya : Maka
tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim,
Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa
aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab:
"Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah
kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar".
v Mendengar
firman Allah dibalik tabir. Seperti Nabi Musa saat menerima pengangkatan
kenabiannya.Ini termaktub dalam (Q.S. Thaha:11-13).Selain itu juga peristiwa
Mi’raj Nabi Muhammad yang mendapat perintah langsung dari Tuhan untuk
mendirikan sholat lima waktu.
v Penyampaian
wahyu atau amanat Tuhan dengan perantara malaikat Jibril yang dalam Al-Qur’an
disebut al-Ruhul Amin. Ini ada dua macam yaitu:
Ø Nabi
Muhammad melihat kehadiran malaikat Jibril dengan bentuk aslinya(tetapi jarang
sekali terjadi) dan melihat malikat Jibril menjelma menjadi seorang manusia
laki-laki yang bernama Duhyah bin Khalifah.
Ø Nabi
Muhammad tidak melihat malaikat Jibril ketika menerima wahyu,tetapi beliau
mendengar kedatangannya.Suara kedatanganya seperti suara lebah atau suara
gemerincing lonceng/bel.
Sedangkan
wahyu menurut kata almuukhaabihii ada dua macam yaitu Al Qur’an dan
hadist-hadist nabi.Hadist nabi dianggap wahyu karena meski bahasanya dari nabi,
tetapi segi makna datang dari
Tuhan.Dalil yang menunjukan hadist nabi termasuk wahyu adalah:
v Q.S
al-Najm ayat 3-4
$tBur
ß,ÏÜZt
Ç`tã
#uqolù;$#
ÇÌÈ
Artinya:
“dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya”.
÷bÎ)
uqèd
wÎ)
ÖÓórur
4Óyrqã
ÇÍÈ
Artinya:
“ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)”.
v Hadist
nabi yang diriwayatkan Abu Daud,Tirmizi dan Ibnu Majah
“Ingatlah
bahwasanya aku diberi Al-Qur’an dan semacam Al-Qur’an “
v Hadist
riwayat Abu Daud dan Hasan ‘Alhiyah
“Jibril
a.s. turun pada Rasulullah dengan membawa sunah(hadist)sebagaimana dia turun
padanya dengan membawa Al-Qur’an dan dia mengajarkan sunnah pada
nabi,sebagaiman dia mengajarkan al-Qur’an padanya(rasulullah).
Dalam
hal ini hanya Tuhan yang mengetahui hakikatnya.Orang yang kebetulan
menyaksikkan hanya melihat tanda-tanda secara lahiriah saja. Dalam hadiast
riwayat Imam Bukhori dari Aisyah diterangkan bahwa penerimaam wahyu dengan
kedatangan seperti suara lonceng merupakan yang terberat.
Dengan
ringkas dapatlah dikatakan, bahwa pengertian wahyu yang sederhana adalah:
segala sesuatu yang diturunkan Allah kepada para Nabi Nya.
Beberapa
unsur yang membedakan antara wahyu dan yang bukan wahyu adalah sebagai berikut:
ü Wahyu
merupakan kalam Allah yang diturunkan kepada orang yang diangkat sebagai
Nabi/Rasul-Nya secara sah.
ü Diantara
wahyu ada yang disampaikan oleh Allah melalui malaikat Jibril.
ü Wahyu
turun tidak didahului dengan ikhtiar manusiawi untuk mendapatkannya
PROSES
PEWAHYUAN
Penyampaian
Wahyu Kepada Malaikat
Seperti disebutkan pada akhir surat
Al-Buruj (ayat ke-22) bahwa sebelum Al-Qur’an itu dibawa oleh Jibril kepada
Nabi Muhammad saw., ia tersimpan dengan rapi di Lauh Mahfuz. Hal ini diuraikan
dalam 3 hal:
- Al-Qur’an
turun sekaligus dari Lauh Mahfuz ke langit-dunia pada malam Qadr, kemudian
secara berangsur-angsur diturunkan oleh Jibril kepada Nabi saw. Dalam
waktu kurang lebih 23 tahun atau 25 tahun atau 20 tahun. Perbedaan masa lamanya
Al-Qur’an itu diturunkan berdasarkan sumber ketetapan berapa lamanya Nabi bermukin
di Mekka sebelum beliau di angkat jadi Rasul.
Pendapat
terkuat berdasarkan kepada:
v Hadist riwayat Hakim dan Baihaqi dari Ibnu
Abbas, bahwa Al-Qur’an turun pada malam Qadr sekaligus kelangit dunia. Dsb.
- Al-Qur’an
diturunkan ke langit dunia selama 20/23/25 kali malam Qadar. Setiap malam
Qadar turunlah A-Qur’an itu menurut ketentuan yang ditetapkan oleh Allah.
Setelah itu turun secara berangsur-angsur setiap tahun kepada Nabi
Muhammad saw. Tegasnya untuk satu tahun turun sekaligus kepada Jibril yang
kemudian menyampaikannya secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad saw.
- Di
balik dua cara yang bereda itu, yakni turun ke langit dunia adalah
sekaligus, sedang turun kepada Nabi Muhammad secara berangsur-angsur dalam
23 tahun atau 24 tahun, terdapat hikmah ilahi, semisal:
o
Al-Qur’an turun sekaligus ke langit
dunia adalah untuk mengagungkan persoalan turunnya wahyu itu kelah kepada umat
manusia. Dengan turunnya sekaligus agar secara serentak para penghuni langit
yang tujuh itu mengetahuinya sebagai peringatan bahwa Al-Qur’an itulah kelak
yang merupakan kitab suci terakhir yang turun kepada manusia dari sisi Allah.
(Abu Syamah dalam Al-mursyidul Wajih, sebagaimana yang dikutip oleh Umam
As-Sayuti)[4]
o
Diturunkan secara berangsur-angsur agar
Rasulullah dapat memahami dan memantapkan pengertiannya dalam hati beliau
seperti di jelaskan dalam ayat (Al-Furqan:32). Ini disebabkan karena Rasulullah
adalah seorang ummi (buta huruf), sedang nabi-nabi sebelum beliau tidaklah
demikian keadaanya. Sehingga Taurat, Zabur, dan Injil diturunkan sekaligus.
Sebab para nabi (Musa,Daud, dan Isa) itu bisa menulis, membaca sekaligus
menghapalnya, sedangkan Rasulullah tidak demikian[5].
o
Al-Qur’an dimulai turunnya pada malam
Qadr, kemudian secara berangsur-angsur kepada Nabi saw pada waktu yang
berbeda-beda sampai selesai. (Asy Sya’bi)[6].
Penyampaian
Wahyu Kepada Rasul
Para
ulama menyebutkan beberapa cara Rasulullah saw menerima wahyu yang disampaikan
oleh Jibril yakni:
- Melalui
mimpi (mimpi yang benar di dalam tidur) selain itu alasan yang menunjukkan
bahwa mimpi yang benar bagi para nabi adalah wahyu yang wajib diikuti
ialah mimpi Nabi Ibrahim untuk memnyembelih putranya (Nabi Ismail) yang
wajib diikuti ummatnya.
- Kalam
Ilahi dari balik tabir tanpa melalui perantara.Ini terjadi pada Nabi Musa,menurut
pendapat yang paling sah Allah telah berbicara pada Muhammad pada malam
Isro’ Mi’roj
- Penyampaian
wahyu oleh malaikat kepada rasul ada kalanya tanpa perantara,ada kalanya
juga dengan perantara.
- Jibril
datang kepada rasulullah dengan menyamar sebagai seorang laki-laki,
kemudian beliau bercakap-cakap dengan rasulullah menyadari bahwa yang
datang itu adalah Jibril. Cara seperti ini adalah yang paling ringan bagi
beliau menerimanya.
- Jibril
memperlihatkan kepada nabi dalam rupa aslinya.
Keraguan Orang-orang
yang Ingkar terhadap Wahyu
Orang-orang
Jahiliyah baik yang lam maupun modern selalu berusaha untuk menimbulkan
keraguan mengenai wahyu dengan sikap keras kepala dan sombong.
1)
Mereka mengira bahwa Qur’an dari pribadi
Muhamad,dengan menciptakan maknanya dan dia sendiri pula yang menyusun”bentuk
gaya bahasanya”Qur’an bukan wahyu.Ini adalah sangkaan batil.
2)
Orang-orang jahilayah dahulu dan
sekarang menyangka bahwa Rasulullah mempunyai ketajaman otak,kedalaman
penglihatan,kekuatan firasat,kecerdikan yang hebat,kejernihan jiwa dan renunga
yang benar,yang nenjadikan ukuran-ukuran yang baik dan yang buruk,salah dan
benar melalui ilham,serta mengenali perkara-perkarayang rumit melalui
kasyaf,sehingga Qur’an sdan retorikanya.
Fungsi
Wahyu
Ø Jiwa
manusia akan terus ada dan kekal sesudah tubuh kasar mati.Untuk memberikan
penjelasan tentang kehidupan kedua(kehidupan setelah kita mati,kehidupan yang
sesungguhnya)Allah mengirim nabi kepada umatnya
Ø Sifat
dasar manusia sebagai makhluk social yang harus hidup berkelompok.
Ø Menolong
mengetahui alam akhirat.
Ø Menolong
akal dalam mengetahui tentang adanya Allah dan dapat mengetahui semua
sifat-sifat Allah.
Ø Menguatkan
pendapatan akal dan meluruskan melalui sifat sacral dan absolute yang terdapat
dalam wahyu.
Ø Menjadi
sumber-sumber hokum Allah
Ø Menjadikan
peringatan dan pelajaran bagi manusia dll[7].
DAFTAR
PUSTAKA
Kholis Nur,2008,Pengantar Al-Qur’an dan Hadist,Yogyakarta,Teras
Zuhdi Masjfuk,1997,Pengantar Ulumul Qur’an,Surabaya,CV.Karya
Abditama
Khalik al-Qattin
Manna,2011,Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an,Jakarta,Utera
Antarlwa
Prof.H.Dahlan
Zaini,M.A.dkk,Mukadimah Al-Qur’an dan Tafsirnya,Yogyakarta,dana bhakti
waqaf,1991
PENUTUP
Pengertian
wahyu yang sederhana adalah: segala sesuatu yang diturunkan Allah kepada para
Nabi Nya. Ada berbagai banyak pendapat bagaimana cara wahyu itu diturunkan,
baik secara langsung, lisan, tulisan, mimpi dll.
Semoga
dengan mempelajari wahyu ini kita mendapatkan kembali 1 ilmu yang bermanfaat
buat semua. Demikian makalah dari kami, mohon kritik dan saran yang membangun
guna memperbaiki makala-makalah yang berikutnya. Terimakasih.
[1]
Prof.H. Zaini Dahlan,MA. Dkk, Mukadimah Al-Qur’an dan Tafsirnya
(Yogyakarta:PT. Dana Bakti Wakaf,1991) hal.10
[2]
Prof.H. Zaini Dahlan,MA. Dkk, Mukadimah Al-Qur’an dan Tafsirnya
(Yogyakarta:PT. Dana Bakti Wakaf,1991) hal.10
[3]
Prof.H. Zaini Dahlan,MA. Dkk, Mukadimah Al-Qur’an dan Tafsirnya
(Yogyakarta:PT. Dana Bakti Wakaf,1991) hal.9
[4]
Prof.H. Zaini Dahlan,MA. Dkk, Mukadimah Al-Qur’an dan Tafsirnya
(Yogyakarta:PT. Dana Bakti Wakaf,1991) hal.13
[5]
Prof.H. Zaini Dahlan,MA. Dkk, Mukadimah Al-Qur’an dan Tafsirnya
(Yogyakarta:PT. Dana Bakti Wakaf,1991) hal.13
[6]
Prof.H. Zaini Dahlan,MA. Dkk, Mukadimah Al-Qur’an dan Tafsirnya
(Yogyakarta:PT. Dana Bakti Wakaf,1991) hal.14
[7] Nur
Kholis,Pengantar Al-Qur’an dan Hadist,(Yogyakarta:Teras,2008)
hal. 20
No comments:
Post a Comment