Tuesday, 10 July 2012

Pengertian Wahyu dan Proses Pewahyuan

MAKALAH KULIAH TAHUN 2012
PENGERTIAN WAHYU DAN PROSES PEWAHYUAN
Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Ilmu Al-Qur’an
Dosen Pengampu: Marwini, SHI, MA, MSi.

IAIN






MAKALAH

Disusun Oleh:

1. FITRIYAH ROHMATIKA                11380053
                                       2. DERA RESWARA SANTIAJI                     11380055
                                       3. EMI HATATIK                                   11380051






JURUSAN MUAMALAT
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2011/2012



PENDAHULUAN

            Perkembangan ilmiah telah maju dengan pesat, dan cahayanya pun telah menyapu segala keraguan yang selamanya ini merayap dalam diri manusia mengenai roh yang ada di balik meteri. Ilmu materialistis yang meletakkan sebagian besar dari yang ada  dibawah percobaan dan eksperimen percaya terhadap dunia ghaib yang berada dibalik dunia nyata ini, dan percaya pula bahwa alam gaib itu lebih rumit dan lebih dalam dari pada alam nyata, dan bahwa sebagian besar penemuan modern yang membimbing pemikiran manusian menyembunyikan rahasia yang samar yang hakikatnya tidak bisa dipahami oleh ilmu itu sendiri.
Wahyu adalah syarat yang cepat,merupakan kata masdar yang memiliki dua pengertian,tersembunyi dan cepat.Wahyu merupakan pemberian secara tersembunyi dan cepat,khusus ditujukan kepada orang yang diberi tahu tanpa diketahui orang lain.
Dari kata-kata diatas dapat di simpulkan pengertian wahyu adalah hubungan gaib bersifat tersembunyi antara Allah dengan orang-orang yang telah di sucikan-Nya (Rasul & Nabi) dengan tujuan menurunkan kitab-kitab suci Samawi dengan perantara malaikat yang membawa wahyu (Jibril)[1].








PEMBAHASAN
PENGERTIAN DARI WAHYU

Wahyu mempunyai dua arti al ikhaau memberi wahyu dan almuukhaabihii yang diwahyukan. Wahyu adalah syarat yang cepat,merupakan kata masdar yang memiliki dua pengertian,tersembunyi dan cepat.Wahyu merupakan pemberian secara tersembunyi dan cepat,khusus ditujukan kepada orang yang diberi tahu tanpa diketahui orang lain.
Wahyu dapat diartikan “sebagai wasilah (cara) untuk menyampaikan sesuatu secara tersembunyi dalam waktu dekat”, akan tetapi pengertian wahu bukanlah terbatas hanya pada yang demikian saja. Wahyu menurut pengertian yang dikehendaki dalam hubungan dengan firman Allah ang diturunkan kepada Nabi dan Rasul adalah sebagai berikut Wahyu adalah hubungan gaib bersifat tersembunyi antara Allah dengan orang-orang yang telah di sucikan-Nya (Rasul & Nabi) dengan tujuan menurunkan kitab-kitab suci Samawi dengan perantara malaikat yang membawa wahyu (Jibril)[2].
Imam Muhammad Abduh dalam bukunya yang terkenal “Risalatut Tauhid” mendefinisikan : wahyu itu suatu pengetahuan (irfan) yang didapat oleh seseorang dan memeperoleh rahasianya, karena wahyu itu dapatlah dikatakan suatu keadaan yang tidak diketahui hakekatnya, melainkan oleh Nabi yang mendapat wahyu itu sendiri[3].
Kalam Allah yang diberikan kepada seorang nabi,al muha (yang diwahyukan).Pemberian Tuhan kepada nabi-Nya tentang hukum-hukum Tuhan,berita-berita dan cerita-cerita dengan cara yang samar,tetapi meyakinkan kedapa nabi dan rosul yang bersangkutan bahwa yang diterimanya benar-benar dari Allah.

Menurut Q.S.al-Syura(51)wahyu ada tiga:
v  Pemberian Tuhan dengan cara ilham tanpa perantara.Termasuk mimpi yang tepat dan benar. Misalnya Nabi Ibrahim diperintahkan untuk menyembelih putranya(Nabi Ismail).Ini terdapat dalam (Q.S as-Shaffat:102)
$¬Hs>sù x÷n=t/ çmyètB zÓ÷ë¡¡9$# tA$s% ¢Óo_ç6»tƒ þÎoTÎ) 3ur& Îû ÏQ$uZyJø9$# þÎoTr& y7çtr2øŒr& öÝàR$$sù #sŒ$tB 2ts? 4 tA$s% ÏMt/r'¯»tƒ ö@yèøù$# $tB ãtB÷sè? ( þÎTßÉftFy bÎ) uä!$x© ª!$# z`ÏB tûïÎŽÉ9»¢Á9$# ÇÊÉËÈ  
 Artinya : Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar".


v  Mendengar firman Allah dibalik tabir. Seperti Nabi Musa saat menerima pengangkatan kenabiannya.Ini termaktub dalam (Q.S. Thaha:11-13).Selain itu juga peristiwa Mi’raj Nabi Muhammad yang mendapat perintah langsung dari Tuhan untuk mendirikan sholat lima waktu.

v  Penyampaian wahyu atau amanat Tuhan dengan perantara malaikat Jibril yang dalam Al-Qur’an disebut al-Ruhul Amin. Ini ada dua macam yaitu:
Ø  Nabi Muhammad melihat kehadiran malaikat Jibril dengan bentuk aslinya(tetapi jarang sekali terjadi) dan melihat malikat Jibril menjelma menjadi seorang manusia laki-laki yang bernama Duhyah bin Khalifah.
Ø  Nabi Muhammad tidak melihat malaikat Jibril ketika menerima wahyu,tetapi beliau mendengar kedatangannya.Suara kedatanganya seperti suara lebah atau suara gemerincing lonceng/bel.
Sedangkan wahyu menurut kata almuukhaabihii  ada dua macam yaitu Al Qur’an dan hadist-hadist nabi.Hadist nabi dianggap wahyu karena meski bahasanya dari nabi, tetapi segi makna  datang dari Tuhan.Dalil yang menunjukan hadist nabi termasuk wahyu adalah:
v  Q.S al-Najm ayat 3-4
$tBur ß,ÏÜZtƒ Ç`tã #uqolù;$# ÇÌÈ  
Artinya: “dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya”.

÷bÎ) uqèd žwÎ) ÖÓórur 4ÓyrqムÇÍÈ  
Artinya: “ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)”.


v  Hadist nabi yang diriwayatkan Abu Daud,Tirmizi dan Ibnu Majah
“Ingatlah bahwasanya aku diberi Al-Qur’an dan semacam Al-Qur’an “
v  Hadist riwayat Abu Daud dan Hasan ‘Alhiyah
“Jibril a.s. turun pada Rasulullah dengan membawa sunah(hadist)sebagaimana dia turun padanya dengan membawa Al-Qur’an dan dia mengajarkan sunnah pada nabi,sebagaiman dia mengajarkan al-Qur’an padanya(rasulullah).

Dalam hal ini hanya Tuhan yang mengetahui hakikatnya.Orang yang kebetulan menyaksikkan hanya melihat tanda-tanda secara lahiriah saja. Dalam hadiast riwayat Imam Bukhori dari Aisyah diterangkan bahwa penerimaam wahyu dengan kedatangan seperti suara lonceng merupakan yang terberat.
Dengan ringkas dapatlah dikatakan, bahwa pengertian wahyu yang sederhana adalah: segala sesuatu yang diturunkan Allah kepada para Nabi Nya.
Beberapa unsur yang membedakan antara wahyu dan yang bukan wahyu adalah sebagai berikut:
ü  Wahyu merupakan kalam Allah yang diturunkan kepada orang yang diangkat sebagai Nabi/Rasul-Nya secara sah.
ü  Diantara wahyu ada yang disampaikan oleh Allah melalui malaikat Jibril.
ü  Wahyu turun tidak didahului dengan ikhtiar manusiawi untuk mendapatkannya


PROSES PEWAHYUAN

Penyampaian Wahyu Kepada Malaikat
            Seperti disebutkan pada akhir surat Al-Buruj (ayat ke-22) bahwa sebelum Al-Qur’an itu dibawa oleh Jibril kepada Nabi Muhammad saw., ia tersimpan dengan rapi di Lauh Mahfuz. Hal ini diuraikan dalam 3 hal:
  • Al-Qur’an turun sekaligus dari Lauh Mahfuz ke langit-dunia pada malam Qadr, kemudian secara berangsur-angsur diturunkan oleh Jibril kepada Nabi saw. Dalam waktu kurang lebih 23 tahun atau 25 tahun atau  20 tahun. Perbedaan masa lamanya Al-Qur’an itu diturunkan berdasarkan sumber ketetapan berapa lamanya Nabi bermukin di Mekka sebelum beliau di angkat jadi Rasul.
Pendapat terkuat berdasarkan kepada:
v   Hadist riwayat Hakim dan Baihaqi dari Ibnu Abbas, bahwa Al-Qur’an turun pada malam Qadr sekaligus kelangit dunia. Dsb.
  • Al-Qur’an diturunkan ke langit dunia selama 20/23/25 kali malam Qadar. Setiap malam Qadar turunlah A-Qur’an itu menurut ketentuan yang ditetapkan oleh Allah. Setelah itu turun secara berangsur-angsur setiap tahun kepada Nabi Muhammad saw. Tegasnya untuk satu tahun turun sekaligus kepada Jibril yang kemudian menyampaikannya secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad saw.
  • Di balik dua cara yang bereda itu, yakni turun ke langit dunia adalah sekaligus, sedang turun kepada Nabi Muhammad secara berangsur-angsur dalam 23 tahun atau 24 tahun, terdapat hikmah ilahi, semisal:
o   Al-Qur’an turun sekaligus ke langit dunia adalah untuk mengagungkan persoalan turunnya wahyu itu kelah kepada umat manusia. Dengan turunnya sekaligus agar secara serentak para penghuni langit yang tujuh itu mengetahuinya sebagai peringatan bahwa Al-Qur’an itulah kelak yang merupakan kitab suci terakhir yang turun kepada manusia dari sisi Allah. (Abu Syamah dalam Al-mursyidul Wajih, sebagaimana yang dikutip oleh Umam As-Sayuti)[4]
o   Diturunkan secara berangsur-angsur agar Rasulullah dapat memahami dan memantapkan pengertiannya dalam hati beliau seperti di jelaskan dalam ayat (Al-Furqan:32). Ini disebabkan karena Rasulullah adalah seorang ummi (buta huruf), sedang nabi-nabi sebelum beliau tidaklah demikian keadaanya. Sehingga Taurat, Zabur, dan Injil diturunkan sekaligus. Sebab para nabi (Musa,Daud, dan Isa) itu bisa menulis, membaca sekaligus menghapalnya, sedangkan Rasulullah tidak demikian[5].
o   Al-Qur’an dimulai turunnya pada malam Qadr, kemudian secara berangsur-angsur kepada Nabi saw pada waktu yang berbeda-beda sampai selesai. (Asy Sya’bi)[6].

Penyampaian Wahyu Kepada Rasul

Para ulama menyebutkan beberapa cara Rasulullah saw menerima wahyu yang disampaikan oleh Jibril yakni:
  1. Melalui mimpi (mimpi yang benar di dalam tidur) selain itu alasan yang menunjukkan bahwa mimpi yang benar bagi para nabi adalah wahyu yang wajib diikuti ialah mimpi Nabi Ibrahim untuk memnyembelih putranya (Nabi Ismail) yang wajib diikuti ummatnya.
  2. Kalam Ilahi dari balik tabir tanpa melalui perantara.Ini terjadi pada Nabi Musa,menurut pendapat yang paling sah Allah telah berbicara pada Muhammad pada malam Isro’ Mi’roj
  3. Penyampaian wahyu oleh malaikat kepada rasul ada kalanya tanpa perantara,ada kalanya juga dengan perantara.
  4. Jibril datang kepada rasulullah dengan menyamar sebagai seorang laki-laki, kemudian beliau bercakap-cakap dengan rasulullah menyadari bahwa yang datang itu adalah Jibril. Cara seperti ini adalah yang paling ringan bagi beliau menerimanya.
  5. Jibril memperlihatkan kepada nabi dalam rupa aslinya.

Keraguan Orang-orang yang Ingkar terhadap Wahyu
Orang-orang Jahiliyah baik yang lam maupun modern selalu berusaha untuk menimbulkan keraguan mengenai wahyu dengan sikap keras kepala dan sombong.
1)      Mereka mengira bahwa Qur’an dari pribadi Muhamad,dengan menciptakan maknanya dan dia sendiri pula yang menyusun”bentuk gaya bahasanya”Qur’an bukan wahyu.Ini adalah sangkaan batil.
2)      Orang-orang jahilayah dahulu dan sekarang menyangka bahwa Rasulullah mempunyai ketajaman otak,kedalaman penglihatan,kekuatan firasat,kecerdikan yang hebat,kejernihan jiwa dan renunga yang benar,yang nenjadikan ukuran-ukuran yang baik dan yang buruk,salah dan benar melalui ilham,serta mengenali perkara-perkarayang rumit melalui kasyaf,sehingga Qur’an sdan retorikanya.

Fungsi Wahyu

Ø  Jiwa manusia akan terus ada dan kekal sesudah tubuh kasar mati.Untuk memberikan penjelasan tentang kehidupan kedua(kehidupan setelah kita mati,kehidupan yang sesungguhnya)Allah mengirim nabi kepada umatnya
Ø  Sifat dasar manusia sebagai makhluk social yang harus hidup berkelompok.
Ø  Menolong mengetahui alam akhirat.
Ø  Menolong akal dalam mengetahui tentang adanya Allah dan dapat mengetahui semua sifat-sifat Allah.
Ø  Menguatkan pendapatan akal dan meluruskan melalui sifat sacral dan absolute yang terdapat dalam wahyu.
Ø  Menjadi sumber-sumber hokum Allah
Ø  Menjadikan peringatan dan pelajaran bagi manusia dll[7].







DAFTAR PUSTAKA
Kholis Nur,2008,Pengantar Al-Qur’an dan Hadist,Yogyakarta,Teras
Zuhdi Masjfuk,1997,Pengantar Ulumul Qur’an,Surabaya,CV.Karya Abditama
Khalik al-Qattin Manna,2011,Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an,Jakarta,Utera Antarlwa
Prof.H.Dahlan Zaini,M.A.dkk,Mukadimah Al-Qur’an dan Tafsirnya,Yogyakarta,dana bhakti waqaf,1991

PENUTUP

Pengertian wahyu yang sederhana adalah: segala sesuatu yang diturunkan Allah kepada para Nabi Nya. Ada berbagai banyak pendapat bagaimana cara wahyu itu diturunkan, baik secara langsung, lisan, tulisan, mimpi dll.
Semoga dengan mempelajari wahyu ini kita mendapatkan kembali 1 ilmu yang bermanfaat buat semua. Demikian makalah dari kami, mohon kritik dan saran yang membangun guna memperbaiki makala-makalah yang berikutnya. Terimakasih.



[1] Prof.H. Zaini Dahlan,MA. Dkk, Mukadimah Al-Qur’an dan Tafsirnya (Yogyakarta:PT. Dana Bakti Wakaf,1991) hal.10
[2] Prof.H. Zaini Dahlan,MA. Dkk, Mukadimah Al-Qur’an dan Tafsirnya (Yogyakarta:PT. Dana Bakti Wakaf,1991) hal.10
[3] Prof.H. Zaini Dahlan,MA. Dkk, Mukadimah Al-Qur’an dan Tafsirnya (Yogyakarta:PT. Dana Bakti Wakaf,1991) hal.9

[4] Prof.H. Zaini Dahlan,MA. Dkk, Mukadimah Al-Qur’an dan Tafsirnya (Yogyakarta:PT. Dana Bakti Wakaf,1991) hal.13
[5] Prof.H. Zaini Dahlan,MA. Dkk, Mukadimah Al-Qur’an dan Tafsirnya (Yogyakarta:PT. Dana Bakti Wakaf,1991) hal.13
[6] Prof.H. Zaini Dahlan,MA. Dkk, Mukadimah Al-Qur’an dan Tafsirnya (Yogyakarta:PT. Dana Bakti Wakaf,1991) hal.14
[7] Nur Kholis,Pengantar Al-Qur’an dan Hadist,(Yogyakarta:Teras,2008) hal. 20

No comments: