Tuesday, 10 July 2012

Tasawuf Sunni

SEBUAH MAKALAH KELOMPOK SAAT KULIAH TAHUN 2012
BAB I
PENDAHULUAN

1.LATAR BELAKANG
Kata Spritualisme tidak asing lagi di telinga kita ,spiritualisme tidak pernah mati,karena hakekatnya manusia menyadari akan kelemahan dan kekurangan ,oleh karena itu butuh akan sandaran atau pedoman keyakinan dalam hati.lebih-lebih pada era seperti saat ini,yang mana tuntutan kemakmuran,kemajuan teknologi,kompetisi yang makin ketat melahirkan pressure yang terkadang tidak tertahankan,gaya hidup instan dan serba cepat .Hal ini meningkatkan kecemasan,depresi dan problem-problem mental psikologis lainnya.
Lepas dari itu,kekosongan yang dirasakan justru ketika manusia telah mencapai kemakmuran material,seolah mengajarkan betapa kebahagiaan sesungguhnya tidak terletak disana,melainkan dibagian yang lebih bersifat rohani .1
Diantara salah satu spiritual yang ada dan berjalan yaitu Tasawwuf sunni,tasawuf sunni  adalah aliran tasaawuf  yang berusaha memadukan aspek hakekat dan syari’at,  yang senantiasa memelihara sifat kezuhudan dan mengkonsentrasikan pendekatan diri kepada allah Swt, dengan berusaha sungguh-sugguh berpegang teguh terhadap ajaran al-Qur’an, Sunnah dan Shirah para sahabat.2[1]
2.RUMUSAN MASALAH
1)      Mengapa Tasawuf Sunni dimunculkan?
2)      Bagaimana ciri dan karakteristik tasawuf sunni?
3)      Apa pengaruh yang ditimbulkan tasawuf sunni?




BAB II
PEMBAHASAN


     A.Munculnya Tasawuf Sunni
Dari awal prosesnya, corak tasawuf ini muncul dikarenakan ketegangan-ketegangan dikalangan sufi, baik yang bersifat internal maupun eksternal yaitu para sufi dan ulama’ zahir baik para fuqaha maupun mutakallimin. Hal itu menyebabkan citra tasawuf menjadi jelek dimata umat, maka sebagian tokoh sufi melakukan usaha-usaha untuk mengmbalikan citra tasawuf. Usaha ini memperoleh kesempurnaan ditangan Ghozali, yang kemudian melahirkan Tasawuf Sunni.
                               Munculnya ajaran Tasawuf sunni tidak telepas dari pecekcokan masalah aqidah yang  melanda para ulama’ fiqh dan tasawwuf, lebih-lebih pada abad  kelima hijriah aliran syi’ah al-islamiyah yang berusaha untuk memngembalikan kepemimpinan kepada keturunan ali bin abi thalib. Dimana syi’ah lebih banyak mempengaruhi para sufi dengan doktrin bahwa imam yang ghaib akan pindah ketangan sufi yang layak menyandang gelar waliyullah, dipihak lain para sufi banyak yang dipengaruhi oleh filsafat Neo-Platonisme yang memunculkan corak pemikiran taawwuf falsafi yang tentunya sangat bertentangan dengan kehidupan para sahabat dan tabi’in. dengan ketegangan inilah muncullah sang pemadu syari’at dan hakekat yaitu Imam Ghazali.1[2]
                                    Munculnya aliran-aliran tasawuf ini tidak terlepas dari tokoh-tokoh yang berperan di dalamnya. Begitu juga sama halnya dengan Tasawuf sunni. Diantara sufi yang berpengaruh dari aliran-aliran tasawuf sunni dengan antara lain sebagai berikut:
1. Hasan Al-Bashri.                                                           
Hasan al-Basri adalah seorang sufi angkatan tabi’in, seorang yang sangat taqwa, wara’ dan zahid. Nama lengkapnya adalah Abu Sa’id al-Hasan ibn Abi al-Hasan. Lahir di Madinah pada tahun 21 H tetapi dibesarkan di Wadi al-Qura. Setahun sesudah perang Shiffin dia pindah ke Bashrah dan menetap di sana sampai ia meninggal tahun 110 H. setelah ia menjadi warga Bashrah, ia membuka pengajian disana karena keprihatinannya melihat gaya hidup dan kehidupan masyarakat yang telah terpengaruh oleh duniawi sebagai salah satu ekses dari kemakmuran ekonomi yang dicapai negeri-negeri Islam pada masa itu. Garakan itulah yang menyebabkan Hasan Basri kelak menjadi orang yang sangat berperan dalam pertumbuhan kehidupan sufi di bashrah. Diantara ajarannya yang terpenting adalah zuhud serta khauf dan raja’.
Dasar pendiriannya yang paling utama adalah zuhud terhadap kehidupan duniawi sehingga ia menolak segala kesenangan dan kenikmatan duniawi.
Prinsip kedua Hasan al-Bashri adalah al-khouf dan raja’. Dengan pengertian merasa takut kepada siksa Allah karena berbuat dosa dan sering melalakukan perintahNya. Serta menyadari kekurang sempurnaannya. Oleh karena itu, prinsip ajaran ini adalah mengandung sikap kesiapan untuk melakukan mawas diri atau muhasabah agar selalu memikirkan kehidupan yang akan datang yaitu kehidupan yang hakiki dan abadi.2[3]
2. Rabiah Al-Adawiyah
Nama lengkapnya adalah Rabiah al-adawiyah binti ismail al Adawiyah al Bashoriyah, juga digelari Ummu al-Khair. Ia lahir di Bashrah tahun 95 H, disebut rabi’ah karena ia puteri ke empat dari anak-anak Ismail. Diceritakan, bahwa sejak masa kanak-kanaknya dia telah hafal Al-Quran dan sangat kuat beribadah serta hidup sederhana.
Cinta murni kepada Tuhan adalah puncak ajarannya dalam tasawuf yang pada umumnya dituangkan melalui syair-syair dan kalimat-kalimat puitis. Dari syair-syair berikut ini dapat diungkap apa yang ia maksud dengan al-mahabbah:
Kasihku, hanya Engkau yang kucinta,
Pintu hatiku telah tertutup bagi selain-Mu,
Walau mata jasadku tak mampu melihat Engkau,
Namun mata hatiku memandang-Mu selalu.
Cinta kepada Allah adalah satu-satunya cinta menurutnya sehingga ia tidak bersedia mambagi cintanya untuk yang lainnya. Seperti kata-katanya “Cintaku kepada Allah telah menutup hatiku untuk mencintai selain Dia”. Bahkan sewaktu ia ditanyai tentang cintanya kepad Rasulullah SAW, ia menjawab: “Sebenarnya aku sangat mencintai Rasulullah, namun kecintaanku pada al-Khaliq telah melupakanku untuk mencintai siapa saja selain Dia”. Pernyataan ini dipertegas lagi olehnya lagi mealui syair berikut ini: “Daku tenggelam dalam merenung kekasih jiwa, Sirna segalanya selain Dia, Karena kekasih, sirna rasa benci dan murka”.Bisa dikatakan, dengan al-hubb ia ingin memandang wajah Tuhan yang ia rindu, ingin dibukakan tabir yang memisahkan dirinya dengan Tuhan.
3. Dzu Al-Nun Al-Misri
Nama lengkapnya adalah Abu al-Faidi Tsauban bin Ibrahim Dzu al-Nun al-Mishri al-Akhimini Qibthy. Ia dilahirkan di Akhmin daerah Mesir. Sedikit sekali yang dapat diketahui tentang silsilah keturunan dan riwayat pendidikannya karena masih banyak orang yang belum mengungkapkan masalah ini. Namun demikian telah disebut-sebut oleh orang banyak sebagai seorang sufi yang tersohor dan tekemuka diantara sufi-sufi lainnya pada abad 3 Hijriah.3
4.Al-Ghazali
            Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad  bin Muhammad bin Ta’us Ath-Thusi Asy-Syafi’i Al-Ghazali.Dilahirkan di kampung Ghazlah,kota di Khurrasan,Iran,tahun 450 H./1058 M.,tiga tahun setelah kaum Saljuk mengambil alih kekuasa[4]an di Baghdad.4


                        





               B.Ciri dan Karakteristik Tasawuf Sunni
                             Aliran ini mengandung sifat zuhud dan mujahadah jiwa yang membawa kepada akhlak yang mulia. Kandungannya diambil daripada al-Quran, al-Sunnah dan sirah hidup para sahabat. Pengamal tasawwuf ini mencoba mengikat diri mereka seerat mungkin dengan ajaran al-Kitab dan al-Sunnah. Mereka mencobaa menjauhkan diri daripada pembahasan akidah yang berbelit-belit, pertentangan mazhab-mazhab Fiqh yang tidak meningkatkan iman dan amalan, juga perasaan tamak  manusia,termasuk di kalangan ulama,terhadap kemasyhuran, jabatan dan harta.
Tasawuf sunni yang terus berkembang sejak zaman klasik Islam hingga zaman modern sekarang sering digandrung orang karena penampilan paham atau ajaran-ajarannya tidak terlalu rumit.
Adapun ciri-ciri taswuf Sunni antara lain:
1. Melandaskan diri pada Al-Qur’an dan As-Sunah.
2. Tidak menggunakan terminologi-terminologi filsafat.
3. Lebih bersifat mengajarkan dualisme dalam hubungan antara Tuhan dan manusia.
4. Kesinambungan antara hakikat dengan syari’at.
5. Lebih terkonsentrasi pada soal pembinaan, pendidikan akhlaq, dan pengobatan jiwa dengan cara riyadah (latihan mental) dan langkah takhalli, tahalli, dan tajalli.








                C.Pengaruh Yang Ditimbulkan Tasawuf Sunni
Ilmu tasawuf sunni ini lebih banyak memberikan kontribusi Perkembangan dalam proses islamisasi.Para pelapor dakwah menjabarkan ajaran-ajaran islam dengan cara praktik dan keteladanan serta pengajaran  yang lebih baik.Orientasi seperti ini jelas terikat oleh tradisi dan petunjuk-petunjuk Nabi Saw.
       Salah satu pengaruh yang ditimbulkan tasawuf sunni yang paling menonjol pada masa al-Ghazali,karena mampu memadukan syariat dan hakikat.Pengaruhnya terhadap generasi berikutnya, bahkan sering dijadikan rujukan sampai saat ini, anatara lain adlah ihya ulumiddin, bidayat al-hidayah, misykat al-anwar, dan sebagainya. Terutama oleh golongan Sunni. Sampai-sampai ada yang mengatakan bahwa kekayaan ilmu yang ditinggalkan al-Ghazali yang dianggap lengkap setelah al-Quran dan al-Hadis adalah ihya ulumiddin(qadal-ihyayakunuQuran).






















                                                                                    BAB III
                              PENUTUP

KESIMPULAN

Pada dasarnya,tasawuf sunni merupakan aliran tasawuf yang ajarannya berusaha memadukan aspek syari’ah dan hakikat namun diberi interpertasi dan metode baru yang belum dikenal pada masa salaf as-shalihin dan lebih mementingkan cara-cara mendekatkan diri kepada Allah serta bagaimana cara menjauhkan diri dari semua hal yang dapat menggangu kekhusyu’an jalannya ibadah yang mereka lakukan. Aliran tasawuf ini memiliki ciri yang paling utama yaitu kekuatan dan kekhusyu’annya beribadah kepada Allah, dzikrullah serta konsekuen dan juga konsisten dalam sikap walaupun mereka diserang dengan segala godaan kehidupan duniawi.
Perkembangan ilmu tasawuf sunni ini lebih banyak memberikan kontribusi dalam proses islamisasi.Para pelapor dakwah menjabarkan ajaran-ajaran islam dengan cara praktik dan keteladanan serta pengajaran  yang lebih baik.Orientasi seperti ini jelas terikat oleh tradisi dan petunjuk-petunjuk Nabi Saw.












DAFTAR PUSTAKA

Shihab,Alwi.2009.Akar Tasawuf di Indonesia. Depok:Pustaka Iiman.
Syukur,Amin.2003.Tasawuf Kontekstual.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Solihin,M dan Rosihon Anwar.2008.Ilmu Tasawuf.Bandung:CV Pustaka Setia.
Google.com
                 














    TASAWUF SUNNI
(AKHLAQI dan AMALI)
Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas akhlaq tasawuf
Drs.Malik Ibrahim

                                                Disusun oleh :
                                                Nurul Istirofah             (11380057)
                                                Ibnu Mubarok N.Z.      (11380058)
                                                Siti Fatimah                 (11380059)
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2011/2012










[1] Haidar Bagir,Tasawuf di Indonesi dalam Perspektif.hlm ix.
2 http://Tasawuf Sunni.Wordpress.com/2009/07/04.                               
1.MunculnyaTasawufSunni.(http:Kuliahpemikiran.Wordpress.com)
2.Hamka,Tasawuf:PerkembangandanPemurniannya,PustakaPanjiMas,Jakarta,1986,hlm.76.
3.MunculnyaTasawufSunni.google.com.2009/04/05.
4.AnnemarieSchiemel,MysticalDimensionOfIslam,TheUniversityOfNorthCarolinaPres,ChapelHill,1975,hlm.93.

No comments: