BAB I
PENDAHULUAN
1.LATAR BELAKANG
Kata Spritualisme tidak asing
lagi di telinga kita ,spiritualisme tidak pernah mati,karena hakekatnya manusia
menyadari akan kelemahan dan kekurangan ,oleh karena itu butuh akan sandaran
atau pedoman keyakinan dalam hati.lebih-lebih pada era seperti saat ini,yang
mana tuntutan kemakmuran,kemajuan teknologi,kompetisi yang makin ketat
melahirkan pressure yang terkadang tidak tertahankan,gaya hidup instan dan
serba cepat .Hal ini meningkatkan kecemasan,depresi dan problem-problem mental
psikologis lainnya.
Lepas dari itu,kekosongan yang
dirasakan justru ketika manusia telah mencapai kemakmuran material,seolah
mengajarkan betapa kebahagiaan sesungguhnya tidak terletak disana,melainkan
dibagian yang lebih bersifat rohani .1
Diantara salah satu spiritual
yang ada dan berjalan yaitu Tasawwuf sunni,tasawuf sunni adalah aliran tasaawuf yang berusaha
memadukan aspek hakekat dan syari’at, yang senantiasa memelihara sifat
kezuhudan dan mengkonsentrasikan pendekatan diri kepada allah Swt, dengan
berusaha sungguh-sugguh berpegang teguh terhadap ajaran al-Qur’an, Sunnah dan
Shirah para sahabat.2[1]
2.RUMUSAN MASALAH
1)
Mengapa
Tasawuf Sunni dimunculkan?
2)
Bagaimana
ciri dan karakteristik tasawuf sunni?
3)
Apa
pengaruh yang ditimbulkan tasawuf sunni?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.Munculnya Tasawuf Sunni
Dari awal
prosesnya, corak tasawuf ini muncul dikarenakan
ketegangan-ketegangan dikalangan sufi, baik yang bersifat internal maupun
eksternal yaitu para sufi dan ulama’ zahir baik para fuqaha maupun
mutakallimin. Hal itu menyebabkan citra tasawuf menjadi jelek dimata umat, maka
sebagian tokoh sufi melakukan usaha-usaha untuk mengmbalikan citra tasawuf.
Usaha ini memperoleh kesempurnaan ditangan Ghozali, yang kemudian melahirkan
Tasawuf Sunni.
Munculnya ajaran
Tasawuf sunni tidak telepas dari pecekcokan
masalah aqidah yang melanda para ulama’ fiqh dan tasawwuf,
lebih-lebih pada abad kelima hijriah aliran syi’ah al-islamiyah yang
berusaha untuk memngembalikan kepemimpinan kepada keturunan ali bin abi thalib.
Dimana syi’ah lebih banyak mempengaruhi para sufi dengan doktrin bahwa imam
yang ghaib akan pindah ketangan sufi yang layak menyandang gelar waliyullah,
dipihak lain para sufi banyak yang dipengaruhi oleh filsafat Neo-Platonisme
yang memunculkan corak pemikiran taawwuf falsafi yang tentunya sangat
bertentangan dengan kehidupan para sahabat dan tabi’in. dengan ketegangan
inilah muncullah sang pemadu syari’at dan hakekat yaitu Imam Ghazali.1[2]
Munculnya
aliran-aliran tasawuf ini tidak terlepas dari tokoh-tokoh yang berperan di
dalamnya. Begitu juga sama halnya dengan Tasawuf sunni. Diantara sufi yang
berpengaruh dari aliran-aliran tasawuf sunni dengan antara lain sebagai
berikut:
1. Hasan Al-Bashri.
Hasan al-Basri adalah seorang sufi angkatan tabi’in,
seorang yang sangat taqwa, wara’ dan zahid. Nama lengkapnya adalah Abu Sa’id
al-Hasan ibn Abi al-Hasan. Lahir di Madinah pada tahun 21 H tetapi dibesarkan
di Wadi al-Qura. Setahun sesudah perang Shiffin dia pindah ke Bashrah dan
menetap di sana sampai ia meninggal tahun 110 H. setelah ia menjadi warga
Bashrah, ia membuka pengajian disana karena keprihatinannya melihat gaya hidup
dan kehidupan masyarakat yang telah terpengaruh oleh duniawi sebagai salah satu
ekses dari kemakmuran ekonomi yang dicapai negeri-negeri Islam pada masa itu.
Garakan itulah yang menyebabkan Hasan Basri kelak menjadi orang yang sangat
berperan dalam pertumbuhan kehidupan sufi di bashrah. Diantara ajarannya yang
terpenting adalah zuhud serta khauf dan raja’.
Dasar pendiriannya yang paling utama adalah zuhud terhadap kehidupan duniawi
sehingga ia menolak segala kesenangan dan kenikmatan duniawi.
Prinsip kedua Hasan al-Bashri adalah al-khouf dan raja’. Dengan pengertian merasa takut kepada siksa
Allah karena berbuat dosa dan sering melalakukan perintahNya. Serta menyadari
kekurang sempurnaannya. Oleh karena itu, prinsip ajaran ini adalah mengandung
sikap kesiapan untuk melakukan mawas diri atau muhasabah agar selalu memikirkan
kehidupan yang akan datang yaitu kehidupan yang hakiki dan abadi.2[3]
2. Rabiah
Al-Adawiyah
Nama lengkapnya adalah Rabiah al-adawiyah binti ismail al Adawiyah al
Bashoriyah, juga digelari Ummu al-Khair. Ia lahir di Bashrah tahun 95 H,
disebut rabi’ah karena ia puteri ke empat dari anak-anak Ismail. Diceritakan,
bahwa sejak masa kanak-kanaknya dia telah hafal Al-Quran dan sangat kuat
beribadah serta hidup sederhana.
Cinta murni kepada Tuhan adalah puncak ajarannya dalam tasawuf yang
pada umumnya dituangkan melalui syair-syair dan kalimat-kalimat puitis. Dari
syair-syair berikut ini dapat diungkap apa yang ia maksud dengan al-mahabbah:
Kasihku, hanya Engkau yang kucinta,
Pintu hatiku telah tertutup bagi selain-Mu,
Walau mata jasadku tak mampu melihat Engkau,
Namun mata hatiku memandang-Mu selalu.
Cinta kepada Allah adalah satu-satunya cinta menurutnya sehingga ia
tidak bersedia mambagi cintanya untuk yang lainnya. Seperti kata-katanya
“Cintaku kepada Allah telah menutup hatiku untuk mencintai selain Dia”. Bahkan
sewaktu ia ditanyai tentang cintanya kepad Rasulullah SAW, ia menjawab:
“Sebenarnya aku sangat mencintai Rasulullah, namun kecintaanku pada al-Khaliq
telah melupakanku untuk mencintai siapa saja selain Dia”. Pernyataan ini
dipertegas lagi olehnya lagi mealui syair berikut ini: “Daku tenggelam dalam
merenung kekasih jiwa, Sirna segalanya selain Dia, Karena kekasih, sirna rasa
benci dan murka”.Bisa dikatakan, dengan al-hubb ia ingin memandang wajah Tuhan
yang ia rindu, ingin dibukakan tabir yang memisahkan dirinya dengan Tuhan.
3. Dzu Al-Nun
Al-Misri
Nama lengkapnya adalah Abu al-Faidi Tsauban bin Ibrahim Dzu al-Nun
al-Mishri al-Akhimini Qibthy. Ia dilahirkan di Akhmin daerah Mesir. Sedikit
sekali yang dapat diketahui tentang silsilah keturunan dan riwayat
pendidikannya karena masih banyak orang yang belum mengungkapkan masalah ini.
Namun demikian telah disebut-sebut oleh orang banyak sebagai seorang sufi yang
tersohor dan tekemuka diantara sufi-sufi lainnya pada abad 3 Hijriah.3
4.Al-Ghazali
Nama lengkapnya adalah Abu Hamid
Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin
Ta’us Ath-Thusi Asy-Syafi’i Al-Ghazali.Dilahirkan di kampung Ghazlah,kota di
Khurrasan,Iran,tahun 450 H./1058 M.,tiga tahun setelah kaum Saljuk mengambil
alih kekuasa[4]an
di Baghdad.4
B.Ciri dan Karakteristik Tasawuf Sunni
Aliran
ini mengandung sifat zuhud dan mujahadah jiwa yang membawa kepada akhlak yang
mulia. Kandungannya diambil daripada al-Quran, al-Sunnah dan sirah hidup para
sahabat. Pengamal tasawwuf ini mencoba mengikat diri mereka seerat mungkin
dengan ajaran al-Kitab dan al-Sunnah. Mereka mencobaa menjauhkan diri daripada
pembahasan akidah yang berbelit-belit, pertentangan mazhab-mazhab Fiqh yang
tidak meningkatkan iman dan amalan, juga perasaan tamak manusia,termasuk di kalangan ulama,terhadap
kemasyhuran, jabatan dan harta.
Tasawuf sunni yang terus berkembang sejak zaman
klasik Islam hingga zaman modern sekarang sering digandrung orang karena
penampilan paham atau ajaran-ajarannya tidak terlalu rumit.
Adapun ciri-ciri taswuf Sunni antara lain:
1. Melandaskan diri pada Al-Qur’an dan As-Sunah.
2. Tidak menggunakan terminologi-terminologi filsafat.
3. Lebih bersifat mengajarkan dualisme dalam hubungan antara Tuhan dan manusia.
4. Kesinambungan antara hakikat dengan syari’at.
5. Lebih terkonsentrasi pada soal pembinaan, pendidikan akhlaq, dan pengobatan jiwa dengan cara riyadah (latihan mental) dan langkah takhalli, tahalli, dan tajalli.
Adapun ciri-ciri taswuf Sunni antara lain:
1. Melandaskan diri pada Al-Qur’an dan As-Sunah.
2. Tidak menggunakan terminologi-terminologi filsafat.
3. Lebih bersifat mengajarkan dualisme dalam hubungan antara Tuhan dan manusia.
4. Kesinambungan antara hakikat dengan syari’at.
5. Lebih terkonsentrasi pada soal pembinaan, pendidikan akhlaq, dan pengobatan jiwa dengan cara riyadah (latihan mental) dan langkah takhalli, tahalli, dan tajalli.
C.Pengaruh Yang Ditimbulkan Tasawuf Sunni
Ilmu
tasawuf sunni ini lebih banyak memberikan kontribusi Perkembangan dalam proses
islamisasi.Para pelapor dakwah menjabarkan ajaran-ajaran islam dengan cara
praktik dan keteladanan serta pengajaran
yang lebih baik.Orientasi seperti ini jelas terikat oleh tradisi dan
petunjuk-petunjuk Nabi Saw.
Salah satu pengaruh yang ditimbulkan tasawuf
sunni yang paling menonjol pada masa al-Ghazali,karena mampu memadukan syariat dan hakikat.Pengaruhnya terhadap generasi
berikutnya, bahkan sering dijadikan rujukan sampai saat ini, anatara lain adlah
ihya ulumiddin, bidayat al-hidayah, misykat al-anwar, dan sebagainya. Terutama
oleh golongan Sunni. Sampai-sampai ada yang mengatakan bahwa kekayaan ilmu yang
ditinggalkan al-Ghazali yang dianggap lengkap setelah al-Quran dan al-Hadis adalah
ihya ulumiddin(qadal-ihyayakunuQuran).
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pada dasarnya,tasawuf sunni
merupakan aliran tasawuf yang ajarannya berusaha memadukan aspek syari’ah dan
hakikat namun diberi interpertasi dan metode baru yang belum dikenal pada masa
salaf as-shalihin dan lebih mementingkan cara-cara mendekatkan diri kepada
Allah serta bagaimana cara menjauhkan diri dari semua hal yang dapat menggangu
kekhusyu’an jalannya ibadah yang mereka lakukan. Aliran tasawuf ini memiliki
ciri yang paling utama yaitu kekuatan dan kekhusyu’annya beribadah kepada
Allah, dzikrullah serta konsekuen dan juga konsisten dalam sikap walaupun
mereka diserang dengan segala godaan kehidupan duniawi.
Perkembangan
ilmu tasawuf sunni ini lebih banyak memberikan kontribusi dalam proses
islamisasi.Para pelapor dakwah menjabarkan ajaran-ajaran islam dengan cara
praktik dan keteladanan serta pengajaran
yang lebih baik.Orientasi seperti ini jelas terikat oleh tradisi dan
petunjuk-petunjuk Nabi Saw.
DAFTAR PUSTAKA
Shihab,Alwi.2009.Akar Tasawuf di Indonesia. Depok:Pustaka
Iiman.
Syukur,Amin.2003.Tasawuf Kontekstual.Yogyakarta:Pustaka
Pelajar.
Solihin,M dan Rosihon Anwar.2008.Ilmu Tasawuf.Bandung:CV Pustaka Setia.
Google.com
TASAWUF SUNNI
(AKHLAQI dan AMALI)
Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas akhlaq tasawuf
Drs.Malik
Ibrahim

Disusun
oleh :
Nurul
Istirofah (11380057)
Ibnu
Mubarok N.Z. (11380058)
Siti
Fatimah (11380059)
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA 2011/2012
[1] Haidar Bagir,Tasawuf di Indonesi dalam Perspektif.hlm ix.
2
http://Tasawuf
Sunni.Wordpress.com/2009/07/04.
No comments:
Post a Comment